Notification

×

Iklan

Iklan

Advertise with Anonymous Ads

Thailand–Kamboja Memanas, Ratusan Orang Tewas dan Krisis Kemanusiaan Memburuk

Minggu, 21 Desember 2025 | 03:37 WIB Last Updated 2025-12-20T20:37:30Z

Phnom Penh/Bangkok, asiadailytimes.com — Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja di sepanjang wilayah perbatasan kembali memanas dan hingga Sabtu, 20 Desember 2025, telah menewaskan ratusan orang, baik dari kalangan militer maupun warga sipil.


Pertempuran yang berlangsung hampir dua pekan terakhir ini memicu krisis kemanusiaan serius serta meningkatkan kekhawatiran akan stabilitas kawasan Asia Tenggara.


Bentrokan intens terjadi di sejumlah titik sengketa perbatasan, melibatkan serangan artileri, roket, dan operasi udara terbatas.



Kedua negara saling menuduh sebagai pihak yang lebih dulu melanggar kesepakatan penahanan diri yang sebelumnya dimediasi oleh negara-negara ASEAN.


Berdasarkan kompilasi data dari otoritas militer, laporan media internasional, serta sumber kemanusiaan, jumlah korban jiwa hingga 20 Desember 2025 tercatat sebagai berikut:


Dari pihak Thailand, sedikitnya 21 personel militer dilaporkan tewas dalam pertempuran sejak eskalasi terbaru pada awal Desember.


Sementara itu, korban warga sipil Thailand dilaporkan berada di kisaran 1 hingga 7 orang, akibat serangan lintas batas dan pecahan roket yang menghantam permukiman di provinsi perbatasan.


Di sisi Kamboja, pemerintah setempat mengonfirmasi 11 hingga 15 warga sipil tewas, sebagian besar akibat tembakan artileri dan serangan udara di dekat kawasan padat penduduk. Namun, jumlah korban dari kalangan militer Kamboja belum diumumkan secara resmi.


Sumber militer Thailand mengklaim lebih dari 160 personel militer Kamboja tewas, klaim yang hingga kini dibantah Phnom Penh dan belum diverifikasi secara independen.


Secara keseluruhan, total korban tewas dari kedua belah pihak diperkirakan mencapai lebih dari 200 orang, dengan mayoritas korban berasal dari unsur militer.


Selain korban jiwa, konflik ini juga memicu pengungsian besar-besaran. Ratusan ribu warga di kedua sisi perbatasan terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menghindari pertempuran.


Fasilitas umum, sekolah, serta jalur perdagangan lintas batas lumpuh, sementara kebutuhan pangan dan layanan kesehatan di wilayah terdampak semakin terbatas.


Lembaga kemanusiaan memperingatkan bahwa jika pertempuran terus berlanjut, krisis pengungsi dan korban sipil berpotensi meningkat tajam.


Meningkatnya korban dan eskalasi militer mendorong tekanan internasional terhadap kedua negara. China dan Amerika Serikat dilaporkan telah mengirim utusan khusus untuk mendorong gencatan senjata segera, sementara ASEAN mempertimbangkan pembahasan khusus guna meredam konflik yang mengancam stabilitas regional.


Namun hingga Sabtu ini, belum ada kesepakatan gencatan senjata yang efektif, dan baku tembak masih dilaporkan terjadi secara sporadis di sejumlah sektor perbatasan.


Pengamat menilai konflik Thailand–Kamboja kali ini menjadi salah satu yang paling serius dalam satu dekade terakhir, mengingat skala korban, intensitas senjata yang digunakan, serta dampaknya terhadap warga sipil.


Selama belum ada kesepakatan politik dan militer yang mengikat, perang perbatasan ini diperkirakan masih akan berlanjut, dengan risiko korban jiwa yang terus bertambah, berita ini akan terus diperbarui sesuai perkembangan situasi. (Red)

×
Berita Terbaru Update